Kamis, 10 April 2008

Duran Duran di Jakarta

Setelah seharian menemui orang-orang memuakan dan beberapa tes yang menjemukan, tepat jam 20.00 malam saya mendapat kepastian untuk mendapatkan id press untuk nonton Duran Duran kedua kalinya.Saya baru sampai Plenary Hall jam 20.45, sambil merokok saya menunggu Teli yang datang 10 menit kemudian. Kita langsung bergegas masuk menuju panggung, tapi tempat kita terpisah, saya mendapat jatah menonton di tribun sebelah kanan panggung, sedangkan Teli di festival. Ketika saya menaiki tangga tribun, anggota Duran Duran juga mulai memasuki panggung. Alhamdulillah saya tepat waktu.



Langsung mereka mulai dengan lagu The Valley disusul dengan sambutan pertama dari Simon yang kemudian menyanyikan hits lama pertama konser malam itu, Hungry Like The Wolf. Di sini mulai terasa sound sytem kurang begitu nyaman di dengar, namun hal itu tidak membuat sedih karena penampilan mereka yang bersemangat membalas kerinduan. Lagu ini disambut penggemar dengan semangat, meskipun tata lampu nya cukup biasa saja untuk band sebesar Duran Duran. Backdrop panggung juga sangat sederhana dengan meredakan pemikiran, kalo backdrop nya adalah LED mungkin harga tiketnya akan lebih mahal lagi dan tak terjangkau dibeli penggemar di Indonesia. Tiket konsernya kali ini tergolong mahal.





Planet dinyanyikan sebagai lagu berikutnya yang membuat penonton melompat bersama. Simon mulai terasa terganggu dengan sound system keliatannya, karena beberapa kali dia menengok ke arah kiri tempat sound engineer mereka standby. Dari lagu lama tadi, Simon mengajak penonton untuk sejenak menikmati lagu lagu dari album terakhir mereka Red Carpet Massacre yaitu Runner. Album terbarunya yang sangat kekinian juga diimbangi dengan gaya panggung personil Duran Duran yang masih yahud. Simon memakai celana ketat hiotam, sepatu kulit hitam ujung runcing dan kemeja hitam bertuliskan Massacre yang menurut Teli seperti kemeja sablonan distro abal-abal. John Taylor memakai kemeja hitam, celana ketat hitam dengan sepatu boots hiotam semata kaki. Nick memakai blazer kasual dan celana hitam sepatu warna silver, sedangkan Roger Taylor memakai kemeja putih, celana hitam dan sepatu oxford bewarna putih yang saya pikir inilah penampilan drummer ter yahud yang pernah saya lihat.





New Religion dan Falling Down dinyanyikan berturut turut dengan pengantar sedikit curhatan Simon tentang karir Duran Duran yang merangkak dari bawah, menuju puncak melebihi artis AFI, kemudian mengalamii penurunan, sampai mereka kembali berjaya.




Come Undone dinyanyikan selanjutnya dan mulai membuat penonton greget untuk bernyanyi bersama dengan penuh luapan emosi. Disusul dengan Union of the Snake dengan nunasa khas Duran Duran yang dilengkapi dengan The Reflex, A view To a Kill, dan Notorious. Di sesi inilah saya menikmati penampilan mereka dan penonton era-80an yang sudah tidak bisa menahan hasrat berdansa meskipun off beat dengan ritme musiknya. Apresiasi orang Indonesia memang luar biasa, dengan sound sytem yang kurang, mereka sangat mengapresiasi kehadiran Duran Duran. Mudah2an ini juga terjadi ketika mereka mengapresiasi musik dan musisi Indonesia…wek!!




Lagu yang ditunggu tunggu semua penonton akhirnya dihadirkan, Save A Prayer. Simon menyanyi dilengkapi gitar akustik. Mari menyanyi bersama sekeras mungkin dengan intronya menurut saya adalah salah satu intro yang mudeng sepanjang masa.




Nuansa Timbaland yang bekerja sama di album terakhir juga hadir. Skin Divers dan Tempted membuat suasana seperti klab klab dengan peneonton berjubel. Saya tetap bersemangat dengan usaha mereka !!




Simon kemudian bilang kalo Nick akan memotret penonton dengan kamera ponselnya, seketika sound effects blitz kamera terdengar sebagai penanda lagu Girls On Film. Selanjutnya Ordinary World dinyanyikan bersama sama seluruh Plenary, sampai wanita di depan saya yang sepanjang konser hanya sms-an mulaii bernyanyi. Berikutnya Sunrise dinyanyikan dengan efek lampu yang paling terang sepanjang konser serasa melihat vidoeklipnya. Lagu yang saya tunggu akhirnya dinyanyikan, Wild Boys. Saya mungkin bersemangat, tapi tidak seberapa dengan seorang penggemar fanatik-nampaknya yang memakai bandana dan celana icy blue jeans yang dimasukan ke dalam boots. Sepertinya dia sudah tidak bisa menahan emosi lagunya sampai memaknainya dengan berdiri di ujung pegangang tribun Plenary yang nampak seperti atraksi permainan nekat lompat dari tribun ke arah festival. Lagu ini menjadi terakhir sebelum mereka melakukan encore dengan Rio. Phuihhhhhh !!




Beruntungnya saya melihat konser Duran Duran di Jakarta 18 April 2008. Kesempatan melihat dan memantau peristiwa yang mungkin tidak saya dapatkan. Beberapa yang saya simpan adalah :



1. Pemain pendukung di konser ini adalah Ana Rose-Backing Vocal yang memakai baju dari kulit mengkilap, Simon Willescroft-saxophone, dan Dom Brown- electric guitars yang menunjukan bukti s pada kata guitar karena mengganti gitar setiap pergantian lagu. Total yang saya sempat liha dan perjhatikan, dia mengganti gitar sebanyak 9 kali.



2. Eva Celia Lesmana yang menonton bersama Sophia Latjuba mengikuti dan menyanyikan lagu lagu Duran Duran sambil berdiri selama konser. Sesekali dia duduk ketika Duran Duran menyanyikan lagu dari album terbarunya.



3. Penonton konser sangat menghibur dan berkesan menjadi tontonan selama konser. Saya berkesempatan melihat gaya off beat, bahkan ketika menikmati lagu beberapa orang melompat off beat dengan irama lagu, anomali di tengah penonton yang melompat on beat mengikuti Duran Duran.



4. Sebelum masuk Plenary saya dan jurnalis dibagikan Song List Duran Duran untuk konser malam itu. Jika anda kurang mengenal lagu-lagu Duran Duran kertas itu akan menjadi jebakan Vietkong ketika menjadi sumber tulisan di media massa. Untungnya di beberapa koran 9 April 2008 yang saya baca jurnalis nya tidak mencantumkan urutan lagu-lagu konsernya….cari aman mungkin. Tinggal saya menunggu tulisan di majalah yang akan terbit beberapa minggu ke depan.




Sehat & Sukses Terus



BZ









Senin, 07 April 2008

Duran Duran Concert

Save a prayer, faith & money?

Konser Duran Duran di Jakarta 8 April 2008 adalah konser kedua mereka di sini. Konser pertamanya 10 April 94, beda dua hari dengan tanggal konser keduanya. Tapi Harga tiketnya jauh berbeda, bandingkan harga tiket Duran Duran tahun 94 adalah Rp.75.000, sedangkan harga tiket konser mendatang adalah Rp. 650.000. Tempat konsernya sama di JCC Plenary Hall.

Konser pertama Duran Duran pada saat itu seperti khayalan babu buat saya. Gak mampu beli tiketnya. Tapi impian dan minat saya untuk menonton Duran Duran tidak pernah putus. Sampai akhirnya saya bias melihat mereka dari dekat di konser mereka di Tokyo tahun 2005. Beruntung saya bisa melihat formasi lengkap mereka, karena Oktober 2006, Andy Taylor kembali keluar dari Band, untuk sementara gitar diisi oleh Dominic Brown.


“Kita merasa kurang beruntung tidak bisa tampil dalam Konser Live Aid 1985, tapi kita sangat beruntung bisa tampil untuk menebusnya di Konser Live Aid 2005” Itulah yang dikatakan Simon Le Bon di Roma,Itali disela konser yang memberikan bantuan untuk warga di Afrika. Bagimana perasaan mereka ketika tampil kembali di Jepang setelah konser reuninya 2003 yang tiketnya terjual habis dalam waktu 30 menit?

Duran Duran mengadakan konser 13 Agustus 2005 di Tokyo Makuhari Messe, yang berada di daerah Chiba, salah satu distrik bisnis di pinggiran Tokyo. Daerah ini cukup dekat dengan Disneyland dan daerah Odaiba yang terkenal dengan Rainbow Bridge. Makuhari Messe merupakan sebuah balai pertemuan dengan kapasitas sekitar 10 ribu orang. Saya pastikan prosentase mayoritas jumlah orang dari kapasitas tempatnya adalah orang yang dilengkapi dengan keunikan gaya & fashion terkini. Tidak menjadi heran karena Perdana Menteri nya pun masuk daftar pria berpakaian terbaik versi salah satu majalah pria,termasuk didalamnya Pharell Williams..

Saya mulai memasuki arena konsernya sambil memperhatikan panggung yang ukurannya sekitar 20 X 10 meter yang dilengkapi tata lampu yang cukup penuh, mulai bagian atas, bawah, sisi kiri, dan sisi kanan. Ukuran yang sangat bagus untuk bisa menikmati band dari jarak dekat. Menyelinap diantara penonton lain adalah cara yang dipilih untuk bisa menonton paling depan Band yang menjadi bad favorit almarhum Lady Di dan Andy Warhol.

Cuaca Tokyo yang sedang panas panasnya tidak mengkhawatirkan saya dengan kondisi penonton yang sudah penuh akan mengelurakan aroma kurang sedap, karena ruangan pertunjukan dilengkapi pendingin ruangan yang sangat dingin dan mampu menyerap aroma tak sedap kecuali aroma laut khas Tokyo yang mengingatkan saya pada seorang teman.

Konsernya dijadwalkan 19.10 akan dimulai. Tidak sesuai dengan kebiasaan orang Jepang yang terkenal lebih menghargai waktu., konsernya baru digelar 19.30. Durasi keterlambatan yang bisa ditoleransi, mengingat yang akan ditonton adalah Duran Duran.


Dibuka dengan permainan lampu gelap terang Nick Rhodes (keyboards) and John Taylor (bass), Roger Taylor (drums), Andy Taylor (guitar) dan Simon Le Bon (vocals) masuk satu persatu dan langsung mengambil posisi masing masing di panggung (reach up for the) Sunrise menjadi lagu pembuka dengan bantuan tata lampu yang sangat terang bahkan menyilaukan. Rupa dan gaya tiap personilanya mulai terlihat. Tak lekang perkembangan fashion, mereka mampu tampil sangat hebat. Semuanya memakai setelan jas dengan detail menarik, ini mungkin salah satu alasan mereka dipilih untuk tampil di Fashion Rocks Concert, 8 Sept 2005 di New York's Radio City Music Hall dalam rangka New York Fashion Week.

Simon dengan rambut yang sangat rapi memakai setelan warna hitam , kemeja putih, dan ikat pinggang dengan buckle berbentuk tengkorak kepala yang dibubuhi batu berkilauan. John memakai celana kulit dengan jas army. Andy memakai jas hitam dan kaos hitam dilengkapi kalung dengan liontin bulat dibubuhi batu berkilauan, sedangkan Nick memakai setelan biru beludru dan tak ketinggalan Roger memakai kemja putih yang sangat terang.

Disusul dengan lagu yang videoklipnya dibuat di Sri Langka, Hungry like the wolf dibawakan dan dilengkapi visual graphic di LED. Setelah selesai Simon baru menyapa penonton dan langsung menyanyikan Is There Something I Should Know dan New religion. Simon kembali menyapa penonton dan menyampaikan pesan untuk menjaga dan membantu terwujudnya perdamaian dalam segala hal yang sesuai dengan tema lagu What Happens Tomorrow. Intro khas film 007 menjadi penuntun lagu A View To A Kill dengan gambar video wall nya bercerita tetntant detektif. .

Kembali Simon bercerita tentang arti persahabatan dan inilah menjadi pembuka dari deretan lagu lagu hits band yang tercatat sebagai band pertama yang lagunya bisa dibeli di internet yaitu Eectric Barbarella . Deretan hits, seperti Ordinary World, Save A Prayer, Notorius, Nice, dinyanyikan secar berurutan. Penonton mulai bergoyang menikmati lagu lagu kenangan, tentunya dengan gaya 80an. Simon juga memperkenalkan additional player dalam pertunjukannya itu. Ana Prass membantu sebagai backing vocal dan saxophonist Andi Hamilton melengkapi musikalitas Duran Duran. Meskipun di beberapa lagu vocal Simon terdengar mengecil, namun dia mengkompromikan interaksinya mengajak penonton bernyanyi. Wild Boys menjadi lagu kelimabelas yang dinyanyikan dan setelah lagu ini selesai, mereka menutup konsernya malam itu.

Dengan terikan penonton yang kurang jelas memanggil Duran Duran Akhirnya mereka keluar, Encore. Nick Rhodes langsung menyambut teriakan penonton dengan efek lampu blitz memasuki lagu Girls on film, tata lampu dibuat seperti lampu blitz kamera. Simon memasang pose seperti seorang model. Fashion show Phillip Treacy ditampilkan dalam video wallnya. Suasannaya menjadi sangat meriah..lebih meriah dari pagelaran fashion show mungkin.


Bagi saya yang belum pernah merasakan hebatnya liburan musim panas di Rio mungkin tidak kalah sensasinya ketika mendengarkan lagu Duran Duran yang berjudul sama. Lagu yang pernah masuk US Top 10 1983 ini menjadi lagu penutup konser. Berakhirnya konser seperti mematikan perangkat kompak pemutar mp3 saya yang sedang memutar folder Greatest Hits Duran Duran. Kemudian saya menyimpannya kembali untuk bisa memutarnya kembali dimanapun saya ingin mengingat mereka.

Jika anda ketinggalan untuk menonton penampilan live mereka, tinggal tunggu saja DVD Duran Duran's ?Live From London? yang akan dirilis sekitar bulan Oktober 2005 yang terdiri dari paket dobel DVD dan CD yang dilengkapi fitur audio Circle Surround, seperti yang dikutip dari www.billboard.com

Long awaited Sting Sacred Love World Tour in KL

Salah satu daftar tunggu usaha mengisi pengalaman hidup keduniawian saya,diantaranya adalah bertemu,melihat,atau menonton konser dari beberapa my most dreamed father figure. Dia sekaligus teman khayal saya ketika masa puber menghantui. Di sela waktu bekerja dalam sebuah diskusi distribusi musik & analisis entitas musik, keinginan itu terwujud ketika saya mendapatkan kesempatan istimewa untuk menonton konser Sting di Kuala Lumpur 1 Februari 2005. Konser di KL ini merupakan bagian dari Sacred Love World Tour. Sebelum tampil di KL, Januari 2005 Sting menggelar konser di Singapura,Thiland, India,dan Korea Selatan.

Konser Gordon ‘Sting’ Sumners di Kuala Lumpur digelar di Putra Stadium,Bukit Jalil. Dengan keunggulan transportasi publik, tempat konser yang sangat jauh dari pusat kota bisa dicapai dalam 30 menit,

Harga tiket konser dijual dengan harga RM128, RM228, RM348 and RM468.Untuk membeli tiket tidak perlu antri karena ternyata jumlah penonton hanya sekitar 5000 penonton. Jumlah tersebut hanya mengisi sekitar 60 persen dari kapasitas total tempatnya.Jumlah ini mungkin tidak terlihat oleh Sting dari panggung, karena bantuan tata lampu yang bisa mengkamuflase

Jumlah penonton tidak sesuai dengan bayangan saya,karena konser Sting kali ini merupakan konser kedua di Asia Tenggara setelah satu dekade Sting tidak menggelar konser. Dengan percepatan intuisi mengenali orang Indonesia yang sudah paten, dipintu masuk saya melihat Udjo& Tika P Project, kemudian bertemu dengan usher ticket yang adalah mahasiswa asal Indonesia. Konser yang rencananya dimulai jam 20.30,baru dimulai jam 21.45. Menunggu lebih dari satu jam tidak terasa,dihabiskan dengan melihat tingkah polah stereotipe satu kumpulan penonton asal Jakarta yang mendambakan eksistensi dan mencari perhatian, tidak ketinggalan potongan rambut asal salon seribu orang di Jakarta Selatan.

Konser dimulai dengan interlude instrumental A Thousand Years, lagu yang paling saya tunggu, dibantu dengan tata lampu yang sepertinya kebiruan (red. penulis adalah seorang buta warna parsial). Sting mulai terlihat dengan setelah hitam dengan detail putih dikerah dan ujung tangan kemeja. Impresi kata awal adalah tua,kemudian kagum dengan figurnya. karena saya yakin dia berhasil dengan kegiatan yoga bersama istri tercinta Trudie Styler.

Dessert Rose yang sangat kekinian menjadi lagu pembuka,kemudian suasana musik mgalami lompatan ke era 80an,Message in the bottle menjadi lagu berikutnya. Setelah selesai menyanyi Sting menyempatkan untuk menyapa penonton dalam Bahasa: ”Selamat malam & apa kabar? ”

Dari album Dream of the blue ,Sting menyanyikan If you love somebody set them fee yang disambung dengan Brand New Day dari album berjudul sama dengan dilengkapi 51 Fender Precision Bass dan band yang menjadi keluarganya selama Sacred Love World Tour ini. Beberapa personil band telah bekerja sama dengan Sting selama hampir 20 tahun. Dalam tur nya ini Sting mengajak sahabatnya Dominic Miller (guitars), Jason Rebello (piano and keyboards) and Keith Carlock (drums), Rhani Krija (percussions, Donna Gardier (back-up vocalists), Joy Rose (back-up vocalists) yang biasanya mengisi vocal di kompilasi album Café Del Mar, juga tidak ketinggalan co-producer album Sacred Love, Kipper (keyboards).

Setelah memperkenalkan personil band nya,Sting kemudian menyanyikan 4 klasik hitsnya secara berurutan.Shape of my heart yang kurang dikenal penonton, kemudian Englishman in New York yang mulai dikenali penonton setelah verse pertama dan dilanjutkan dengan menyanyi bersama dalam keadaan duduk kecuali penonton dari Indonesia & Asing.

Fragile dinyanyikan Sting dengan petikan Guild acoustic guitar yang ukurannya bisa diasosiasikan dengan mini Balenciaga bag. Lagu ini juga ternyata kurang dikenal,mengecewakan!! sementara saya sudah menghabiskan suara untuk kesempatan bernyanyi bersama. Fields of gold menjadi lagu berikutnya ternyata cukup dikenal

Tanpa berinteraksi dengan penonton yang mungkin terlihat canggung, Sting langsung menyanyikan Sacred Love yang menjadi judul tur nya kali ini dengan sentukan remix pada musiknya,meskipun Sting tidak mengajak Victor Calderone. Giliran Joy Rose(back up vocalist) menunjukan kemampuan mencapai nada nada mendekati luar batas ambang oktaf. Dia berduet bersama Sting menyanyikan lagu Whenever I Call Your Name yang di dalam album Sacred Love dinyanyikan secara duet oleh Sting dan Mary J.Blige .

Intro dari Every little thing she does is magic tidak mengubah posisi duduk mayoritas penonton, saya berkeluh, sebenarnya lagu apa yang mereka ingin dengar di konser ini.Sampai pada refrain lagu tersebut, penonton mulai berdiri,itu pun karena ajakan Sting & 2 orang back up vocalist nya.Sungguh mengecewakan ketika produk yang sekampung dengan Sting,TopMan& TopShop menjadi item yang digemari di KL!!

Penonton kemudian duduk kembali setelah lagu berakhir,kemudian lagu Roxanne dibawakan dengan gaya musikalitas yang luar biasa,Sting mengajkak kita dengan wahana musiknya ketika bersama Stewart Copeland dan Andy Summers, Phoenix Jazz Band, dan River City Jazzmen. Lagu keempat belas ini dijadikan sebagai lagu penutup semu.

Setelah melewati ritual penonton meminta tambahan lagu, Sting menyanyikan Desert Rose,lagu yang terkenal dengan bukti penonton mulai menikmati sambil berdiri dan menyanyi bersama lagu ini. If I ever lose my faith in you yang dinyanyikan kemudian hanya membuat tetap berdiri meskipun penonton kurang mengenal lagu ini.

Tidak menjadi terkejut, karena lagu yang membuat hampir semua penonton menyanyi adalah Every breathe you take.Lagu yang menjadi penghasilan tambahan bagi Sting karena royalty lagu ini adalah US$2.000 per hari menurut Internet Movie Database.

Seperti karya karyanya yang hebat dan sudah banyak memenangkan Grammy, termasuk nominasi untuk Grammy tahun ini, tidak ketinggalan Emmys,dan Golden Globe, Sting juga sangat hebat menutup konsernya dengan memnyanyikan lagu A thousand years. Kepuasaan yang sama mungkin didapat oleh seorang fashionista ketika melengkapi koleksi Spring Summer 2005 dengan Pharrell’s LV Spectacles.

Penonton dengan tertib keluar sambil berjalan cepat karena konser yang berlangsung selama lebih kurang 2 jam menunjuk pada jam 23.00,sedangkan transportasi publik akan segera tutup. Saya dan banyak orang sangat beruntung masih bisa pulang.

Di perjalanan pulang saya mulai menulis tulisan ini dan berharap saya bisa memiliki kesempatan menonton peran Sting dalam The Threepenny Opera, atau saya memilki kesempatan belajar ayahuasca, dan bercerita pada seorang teman penulis yang sibuk bekerja di sebuah advertising yang memilki fantasi bersama ayah dari Joseph, Fuchsia, Mickey, Jake, Coco dan Giacomo.

Jona 80-an - Pet Shop Boys, Sting, & DuranDuran

Pemakaiaan huruf J pada kata Zona diatas adalah salah satu bukti kecacatan congor saya yang terabadikan ketika pada sebuah perjalanan di Klaten menuju Solo, saya menyebut kata MTV Party Zone dengan lafal MTV Party Jone. Seketika Mba Noni mencela saya sepanjang perjalanan.

Kembali ke makna judul adalah kata yang diambil dari sms yang datang dari Kiki: " jangan lupa tonton Zona 80 (Metro TV) minggu ini!Bintang tamunya Tujuh Bintang"


Saat ini acara tersebut adalah acara kesayangan saya dan Kiki, sahabat, backup vokal 4 Mata dan vokalis KSP menjadi host band disana.

Tujuh bintang adalah sebuah kelompok vokal dadakan ketika demam Live Aid melanda diseluruh dunia di dekade 80an. Kelompok ini terdiri dari Trie Utami, Malyda, Atiek CB, Mus Mujiono, Yopie Latul, Dedy Dhukun, dan Fariz RM. Selengkapnya buka http://indolawas.blogspot.com/


Alhasil, Minggu 6 April 2008 saya melewatkannya karena ketiduran. Entah kapan diulang lagi episode yang dinantikan ini.

Tapi sesumbar nuansa 80an dua minggu terakhir cukup terasa dengan rencana konser Duran Duran di Jakarta. Mudah-mudahan saya bisa merasakan konser mereka untuk kedua kalinya dan melengkapi konser-konser bintang 80an yang melengkapi masa puber saya. Meskipun jumlahnya baru tiga tapi saya akan kembali mengenangnya, dimulai dari Konser Pet Shop Boys, Konser Sting, dan Konser Duran-Duran.

Pet Shop Boys & Disco Fundamentalis

“Pet Shop Boys Rayakan HUT RI di Bali”, itulah headline sebuah email berlangganan yang saya terima 22 Juni 2007 lalu. Saya sangat antusias membaca emailnya, karena bagi saya konser Pet Shop Boys menjadi salah satu dalam daftar konser wajib tonton.

Seketika emailnya saya forward, kemudian saya dan beberapa teman merencanakan untuk menonton bersama konsernya. Tapi awal Juli 2007, mereka membatalkan konsernya, Sedihh&kecewa!! Berita tersebut saya dapatkan dari situs petshopboysonline.net. Kekecewaan tersebut terobati ketika situs yang sama menyebutkan 8 Agustus 2007, Pet Shop Boys akan konser di Singapura, sebelum mereka mengadakan konser di Summer Sonic Festival di Jepang.

Pet Shop Boys here I come !!

Persiapan dadakan langsung saya lakukan. Saya memesan tiket di sistic.com.sg. Konser Pet Shop Boys ini menjadi bagian dari Sing Fest, festival musik yang diadakan dua hari di sebuah taman kota di Fort Canning. Pet Shop Boys tampil sebagai penutup konser di hari pertama, sebelumnya Shaggy, Sugar Ray dan Cyndi Lauper memanaskan panggung pertunjukan hari pertama Singfest.

Pet Shop Boys tampil setengah 12 malam waktu Singapura. Persiapan sekitar satu jam dibutuhkan memasang lampu dan layar putih untuk menampilkan visual grafis. Meskipun harus menunggu selama persiapan panggungnya, tapi seorang dj local menghibur penonton dengan lagu lagu elektronik dan new wave 80an.

Pertunjukan dimulai dengan permainan lampu dan visual grafis dengan intro lagu Left it to my device. Diawali dengan formasi ger
ak jalan, Neil Tennant & Chris Lowe muncul dan dibuntuti oleh penari latar. Masing masing memakai kostum yang berbeda. Neil memakai setelan jas penguin warna hitam, lengkap dengan topi borjuis nya. Sedangkan Chris memakai hoodie sweatshirt warna hijau neon dan tidak ketinggalan topi dan kaca mata buggles yang menjadi trademark nya. Suburbia menjadi lagu berikutnya yang dilengkapi gambar visual daerah pinggiran kota di Eropa yang menjadi inspirasi lagu ini. Gambar gambar tersebut membuat musik mereka lebih terartikulasi.

Isu seksual selalu mengiringi karir bermusik Pet Shop Boys,. Karena lirik lagu yang mereka buat. Memunculkan banyak arti dan kontroversi. Salah satu lagunya, Can you forgive her menjadi lagu ketiga. Kemudian diakhir lagu Neil mengucapkan kata pembuka, menyambut penonton dan memperkenalkan diri
mereka sebagai Pet Shop Boys. Kemudian gambar visual seperti garis font calculator bermunculan mengikuti beat lagu yang dimainkan, sampai akhirnya lampu neon mulai menyala menyerupai sebuah bingkai layar super lebar. Gambar visual tadi akhirnya membentuk kata Minimal yang adalah judul lagu yang sedang dinyanyikan. Lagu ini diambil dari album terbaru sekaligus keenambelas, Fundamental yang dirilis tahun lalu


Duo synthpop ini menghadirkan konser yang sangat stylish, seperti penggunaan kostum yang sinergis dan up to trend. Kostum mer
eka ditangani salah satunya oleh Yohji Yamamoto dengan produk Y3 yang menggunakan warna hitam, putih, dan warna-warna neon yang sangat futuristic urban “hari begini”. Selain Neil & Chrish, penari latar & penyanyi latar mereka pun didandani pol-polan. Semuanya sangat seragam, tapi tidak membosankan. Konser semakin tambah seru ketika Shopping dinyanyikan. Kemudian lagu Heart, Opportunities, dan Numb dinyanyikan berturut turut oleh Neil Tenant yang baru berulang tahun ke 53, tepatnya 10 Juli lalu.

Satu satunya lagu yang dinyanyikan oleh Chris Lowe yang selama konser selalu berada di belakang keyboard dan midi adalah Parinaro. Lagu yang menceritakan kehidupan subkultur anak muda di Italia yang disebut Parinari yang banyak menentukan trend dunia dalam gaya hidup, dan fashion. Lirik utama lagu ini hanya terdiri dari delapan kata yang diulang ulang yaitu “Passion and Love and Sex and Money, Violence, Religion, Injustice and Death”

Setelah lagu bertema “pemberontakan”, Pet Shop Boys menghadirkan nuansa musim panas dengan irama Se A Vida E yang didukung dengan gambar grafis matahari di musim panas. Lagu ini di rmedley dengan lagu favorit saya Domino Dancing yang sedikit berirama latin. Kegembiraan mulai memuncak karena lagu yang dinyanyikan berikutnya adalah Always on my mind. Lagu yang lebih sa
ya kenal dinyanyikan oleh Pet Shop Boys dibandingkan dengan penyanyi aslinya, sang legenda Elvis Presley. Penonton menikmati lagu ini sambil bernyanyi bersama dan tidak lupa bergoyang seadanya karena berdesakan. Lagu ketigabelas adalah lagu remake dari U2, Where the Streets Have No Name (Can’t Take My Eyes of You). Lagu ini dibawakan dengan koreografi dan kostum warna wani dengan bunga bunga bertebaran seperti parade parade Carnaval di Rio,Brazil.

Selain pemberontakan terhadap norma, kritik sosial sering menjadi tema lagu Pet Shop Boys. Salah satunya lagu West End Girls yang terinspirasi dari daerah di London yang dikenal dengan kelompok Borjuis, Cosmopolitan dan Materialistic. Sedangkan sebagian besar kelompok menengah dan pekerja tinggal di East End. Lagu ini juga menginspirasi lagu Jump dari Madonna. Kritik terhadap politik dunia yang cenderung memilih peperangan ditunjukan dengan koreografi dan kostum militer yang dihiasi pin warna warni ‘happy face” yang mengiringi lagu So Hard dan Sodom & The Sodom and Gomorrah Show. Mengutip interview Neil Tenant dengan situs www.fridae.com yang menyebutkan “We don't do a conventional sort of rock show. We're interested in theatre; we like the look and feel of theatre. Every time we do a show, we work with a theatre designer; this time we're working with Es Devlin, she's a well-known opera designer in London. Pet Shop Boys have worked hard over the last 30-odd years to design a kind of pop music theatre, which is the show we're bringing to Singapore”.

Intro lagu It’s a Sin berkumandang, kemudian Neil mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal. Lagu yang ditulis oleh Chris dan Neil ini menjadi the best-selling European single di tahun 1987 sekaligus membuat Amerika Serikat mencintai duo ini. Penonton tidak puas ketika Neil mulai silam diikuti oleh penari dan penyanyi latarnya meninggalkan Chris sendirian di belakang keyboard dan midinya. Seiring dengan lampu yang mulai meredup, Chris pun ikut menyusul silam. Tapi penonton tidak ikut silam menuju rumah, tapi tetap antusias karena lagu lagu favorit mereka masih ada yang belum dinyanyikan, akhirnya aksi meminta lebih dilakukan, and the story goes happily ever after. Go West kemudian penonton pun bernyanyi bersama. Di akhir lagu mereka memberikan salam perpisahan dan menyesal harus menyudahi konser malam itu karena jam sudah menunjukan pukul 1 pagi. Inilah konser paling larut yang pernah saya tonton sekaligus membuat saya larut kebahagiaan dalam kenangan mendengarkan Pet Shop Boys di era 90an karena malu ketika semua orang mendengarkan grunge music.


Pet Shop Boys juga berbagi kesenangan untuk anda yang belum berkesempatan menonton konser mereka, dengan mengeluarkan DVD Live Concert mereka yang berjudul"Cubism" yang dilengkapi oleh dokumentari "Pet Shop Boys in Mexico". DVD ini disutradarai oleh David Barnard yang menjadi sutradara konser Björk and Gorillaz. Mari berbagi kesenangan mendengarkan, menonton, menari, memberontak, dan menyayangi duo langka Pet Shop Boys...Happy Dancing!!