Rabu, 28 Januari 2009

(saya) Tidak Keren

Kamis pagi, seperti biasa saya mendengarkan Klinik Finansial di Hard Rock FM, selama perjalanan ke kantor.Ini adalah salah satu acara favorit saya , meskipun sampai sekarang saya termasuk orang-orang tidak / kurang keren menurut kategori Ligwina Hananto pada edisi 15 Januari. Mereka yang disebut keren adalah mereka yang cermat dan cerdik mengelola uang , sudah punya rumah atas nama sendiri, punya mobil, punya dana darurat, dsb
Bukan tidak ada alasan kenapa saya termasuk ke dalam kategori tidak / kurang keren itu, alasan nya “gak ada duit neng buat inpestasi, bayar cicilan sekolah aja masih belum lunas!! & gak ada niat karena belum ada gambaran, karena terbiasa hidup susah lebih tepatnya disusasusahin, kecuali buat musik mah selalu masup”

Saya kalo ada uang sih mau ikut-ikutan menjadi orang keren, tapi kenapa harus jadi orang keren ya ? wah ini pertanyaan kalo dijawab oleh Ligwina Hananto pasti disambar dengan pernyataan “karena biaya hidup mahal, biaya kesehatan mahal, biaya pendidikan mahal, pokonya serba mahal,hidup kita gak sama zaman orang tua kita beda sama sekali”

Saya tidak / kurang keren !!
Saya tidak / kurang keren !!
( diucapkan dengan sepenuh hati dan mengambil nafas dalam-dalam)

Di umur saya sekarang berusaha tawakal dan memaknai “syukur” atas apa yang dimiliki seperti menjadi hal yang melekat -harus kalo kata orang. Bekerja di perusahaan property lokal yang mantap fondasinya, menyelesaikan pendidikan lanjutan, sering berkumpul dengan keluarga terdekat dan sahabat, bisa menikmati hobi di bidang musik secara bersamaan dan masih bisa mengikuti MTV dengan band-band yang saat ini didengar oleh adik-adik saya, menulis lepas untuk media-media, keman-mana masih bisa naek motor, mikrolet, metro mini, becak sambil memasang senyum simpul

What should I’m not be thankful….
wew ….meskipun pada akhirnya saya tidak / kurang keren !!


Tanpa harus memakai kutipan “namanya juga manusia”, saya yang tidak / kurang keren juga iri terhadap mereka yang saat ini hilir mudik di dalam lingkaran pertemanan dengan cirri-ciri tambahan lain yaitu :

1. Belum tentu keren dan tampil di rubrik SosoK koran Kompas atau keren dan tampil di rubrik SosoK Koran Kompas

2. Keren dan mengawali usaha dari nol, juga bukan dari orang tua yang Keren serta kaya.

3. Keren juga Pintar cara berpikirnya dan bekerja di perusahaan multinasional, beristri 1 dengan 2 anak dan punya pacar 2, tampil di rubrik Siapa Dia majalah SWA

4. Keren sekaligus pewaris perusahaan (yang ini memang terlahir Keren mungkin, belum lahir mungkin kekayaan bapaknya sudah diatur sedemikian rupa oleh ahli keuangan), juga pintar karena lulusan sekolah lanjutan di universitas dambaan banyak orang, pulang ke Indonesia bekerja di perushaan Internasional yang sedang hip namanya, kemudian kembali ke perusahaan orang tuanya.

5. Keren juga dianggap pintar, bekerja di perusahaan multinasional di Indonesia dengan jabatan Manager, kuliah lanjutan di luar negeri (bilangnya dapat beasiswa, tapi ya kalo bayar sendiri juga tidak masalah karena sudah kaya, mungkin juga ingin kelihatan lebih prestisius), berpengalaman (magang) di perusahaan internasional selama kuliah.


Dengan banyaknya kekurangan yang saya miliki, sewajarnya mereka yang termasuk dalam penomoran diatas sebenarnya adalah apa yang gagal saya capai dan tidak saya miliki pada saat ini, baik sebagian atau pun sepenuhnya. Karena hidup adalah perjuangan, termasuk di dalamnya menjadi orang Keren, sebaiknya saya mulai mengerjakan banyak hal setelah saya selesai menulis note ini.

Mengutip ucapan Ligwina Hananto kurang lebih : Kalo baru sadar di umur 50 tahun untuk mengumpulkan dana pension di umur 55 tahun, itu telat!!
Mudah2an di umur saya sekarang masih belum telat dan masih bisa direncanakan, meskipun saya pasti sudah telat mernjadi Keren.

Tidak ada komentar: